3 Perspektif mengenai Ketahanan Pangan Berkelanjutan: Efisiensi, Pengendalian Permintaan, dan Transformasi Sistem Makanan. Apa peran LCA?

9:48 AM

Ada 3 jenis perspektif yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah-masalah dalam mencapai keberlanjutan ketahanan pangan, yaitu efisiensi, pengendalian permintaan, dan transformasi sistem makanan. Dalam ketiga perspektif ini, LCA (Life Cycle Assessment) digunakan sebagai salah satu alat atau metode manajemen untuk mengevaluasi masalah lingkungan.

Perspektif efisiensi menekankan pada peningkatan produktivitas pangan, tetapi tidak memperhatikan masalah konsumsi dan kesetaraan. Penekanan pada peningkatan produktivitas dapat dilihat dari perhatian yang difokuskan pada pemilihan cara pemakaian lahan yang lebih tepat, yaitu antara land sparing dengan wildlife-friendly. Land sparing lebih baik daripada sistem wildlife-friendly karena sistem ini memfokuskan pada penanaman tanaman pangan yang intens (efisien) sehingga mampu menghasilkan pangan lebih banyak sekaligus dapat menyisakan sebagian lahan yang tidak tersentuh sehingga dapat digunakan untuk konservasi alam. Sementara wildlife-friendly, mampu menyisakan lebih banyak lahan untuk alam, tetapi lahan pertaniannya memiliki skala kecil dengan tumbuhan bervariasi sehingga produktivitas yang dihasilkan (untuk satu jenis tanaman) menjadi tidak terlalu tinggi dan justru dianggap tidak dapat memberikan hasil sebanyak land sparing (Fishcer, dkk., 2008). Akan tetapi, perspektif ini tidak dapat memberikan batas jumlah produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga ada kemungkinan bahwa lahan yang disisakan justru akan digunakan untuk meningkatkan produksi secara terus-menerus. Pada perspektif ini, LCA digunakan untuk menganalisis metode atau teknik produksi yang mampu meningkatkan efisiensi sumber daya dan juga menurunkan dampak lingkungan yang dihasilkan (Laurentiis, Hunt, dan Rogers, 2016).

Berdasarkan perspektif pengendalian permintaan (demand restraint), konsumsi berlebih oleh konsumen merupakan penyebab utama terjadinya krisis lingkungan yang sedang dihadapi. Akibat memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan, pembatasan konsumsi makanan menjadi prioritas utama. Dalam hal ini, pangan hewani (hewan ternak) dinilai memberikan dampak negatif pada  lingkungan 2-25 kali lebih besar daripada pangan nabati (tumbuh-tumbuhan), baik dari segi emisi gas rumah kaca, penggunaan lahan dan energi, serta potensi asidifikasi dan eutrofikasi. Di sisi lain, perspektif demand restraint tidak mampu memberikan batasan minimum konsumsi pangan yang harus dicapai agar emisi yang dihasilkan tidak melebihi nilai nutrisi mikronutrien yang diberikan dari makanan tersebut. LCA digunakan dalam perspektif ini untuk menentukan pola konsumsi terbaik (sehat dan ramah lingkungan) sehingga kemudian dapat membentuk pola produksi yang lebih baik, terutama bagi lingkungan (Stefanova dan Iannetta, 2016).

Pada perspektif food system transformation, perubahan pada sistem pangan harus dilakukan secara keseluruhan (mulai dari masing-masing individu, pola konsumsi, hingga para produsen) untuk mencapai ketahanan pangan. Dalam perspektif ini, LCA dianggap belum dapat diterapkan karena tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain selain dari proses produksi, seperti sosial ekonomi, serta pengembangan norma-norma konsumsi yang baru (Garnett, 2014). LCA saat ini hanya mempertimbangkan nilai efisiensi produk dari beberapa hal, seperti jumlah emisi rumah kaca, penggunaan air bersih, dan pemanfaatan lahan (Gustafson, dkk., 2016).

Sumber:
Garnett, T. Three Perspectives on Sustainable Food Security: Efficiency, Demand Restraint, Food System Transformation. What Role for LCA? Journal of Cleaner Production 29 : 1-9.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

-

Flickr Images