Kedaulatan pangan sebagai dekolonisasi: kontribusi masyarakat pribumi terhadap sistem pangan dan politik pembangunan.

10:24 AM

Akhir-akhir ini, perdebatan mengenai kedaulatan pangan menjadi peristiwa yang sedang hangat didiskusikan. Perdebatan ini dipicu oleh adanya pergeseran makna istilah "kedaulatan pangan" dari makna aslinya dan perkembangan pergerakan pangan. Dalam artikel ini, akan dijelaskan bahwa kedaulatan pangan merupakan bagian dari perjuangan masyarakat pribumi setelah masa penjajahan yang tidak lepas dari kedaulatan, budaya, sosial, dan politik.

Adanya gerakan peduli terhadap kedaulatan pangan berawal dari munculnya sebuah koalisi internasional pada tahun 1996, dimana petani, perempuan pedesaan dan penduduk pribumi berkumpul di Tlaxcala, Meksiko untuk membahas keprihatinan mereka bersama mengenai dampak dari sistem pertanian pangan yang semakin mengglobal dan mempengaruhi mata pencaharian, komunitas dan ekologi mereka. Koalisi ini dikenal sebagai "La Via Campesina" yang sekarang menjadi salah satu gerakan sosial terbesar di dunia, melibatkan lebih dari 148 organisasi di 69 negara. 

La Via Campesina menggunakan "kedaulatan pangan" sebagai konsep dan kerangka kerja yang menantang fundamen sistem pertanian. Konsep ini meningkatkanya perhatian masyarakat mulai dari gerakan sosial masyarakat-masyarakat asli dan organisasi non pemerintah, serta dikemukakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi yang dilaksanakan di Roma pada tahun 2002. Dalam KTT, disebutkan isi dari kedaulatan pangan, yaitu hak petani pria maupun perempuan dalam memproduksi makanan, hak konsumen dalam memilih makanan yang ingin dikonsumsi, hak negara dalam melindungi hasil pertanian, harga hasil pertanian, serta hak masyarakat atau populasi untuk ikut serta dalam memilih kebijakan pertanian. 

Forum internasional mengenai kedaulatan pangan diselenggarakan kembali pada tahun 2007 di Nyeleni, Mali. Forum ini menghasilkan definisi kedaulatan pangan sebagai hak masyarakat untuk memperoleh makanan yang sehat dan layak menggunakan sistem pangan mereka sendiri dan metode produksi yang berkelanjutan sehingga kebutuhan generasi berikutnya pun terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat harus dapat memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi makanan sesuai dengan sistem dan kebijakan sendiri, tidak menuruti permintaan / tuntutan pasar dan perusahaan sehingga dapat melawan dan membongkar perdagangan perusahaan dan sistem pangan neoliberal dan sistem pertanian maupun perikanan yang ditentukan oleh produsen dan pengelola lokal lebih diutamakan.

Sistem pangan neoliberal adalah sistem pangan yang mengutamakan kepentingan perusahaan, dimana makanan didistribusikan melalui pasar. Sementara sistem pangan "kedaulatan pangan" mengutamakan produksi pangan lokal, perlindungan pertanian, dan perlindungan pasar lokal dari dumping (praktik menjual barang lebih murah di luar negeri daripada di dalam negeri) atau makanan bersubsidi impor.


Pembangunan perekonomian di bidang pertanian secara berkelanjutan oleh masyarakat pribumi Amerika Utara mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut terdiri dari hak atas kepemilikan tanah, korupsi, kerusakan lingkungan, kontaminasi genetik (dalam hal ini GMOs), dan ketergantungan energi. Selain itu, masyarakat ini juga harus berhadapan dengan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan tinggi seperti negara, perusahaan swasta, lembaga penelitian, organisasi pemerintah, kelompok minat khusus, bahkan warga negara itu sendiri.


Untuk mengurangi penurunan penjualan, para petani pribumi Amerika Utara menjual padi liar (zizania) hasil produksi mereka kepada perusahaan lokal yang mampu membayar dengan harga yang layak, yaitu Anishnaabe. Padi liar yang dijual tersebut dikemas dengan gambar orang India kuno dengan merek Ojibway. Hasil penjualan, konsumsi, dan kegiatan pemanenan padi liar ini meningkatkan distribusi biji-bijian. Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang didanai oleh USDA mengenai perlindungan produk padi liar dari kontaminasi genetik, sedangkan padi liar hasil kontaminasi silang (GMO) dipisahkan pemanenannya.

Akhirnya, penjualan padi liar ini memberikan dampak positif bagi sektor agrikultur varietas lainnya. Contohnya seperti pemanfaatan biji jagung untuk pembuatan bubur jagung dan hasil perkebunan buah-buahan lokal yang dimanfaatkan menjadi sirup maple. Hal ini dilanjutkan dengan gerakan-gerakan menuju pola hidup sehat seperti program makan siang untuk anak-anak sekolah dasar, pola makan bagi lansia dan pola makan bagi penyakit diabetes. Semua hasil perkebunan ini berasal dari kebun mereka sendiri, bukan dari ladang perkebunan, bahkan industri.

Jadi, apa itu kedulatan pangan?

Kedaulatan pangan adalah kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri mulai dari penyediaan benih, produksi makanan, distribusi, hingga pemasaran. Indonesia harus mampu mewujudkan kedaulatan pangan, bukan swasembada pangan. Sebab, swasembada pangan hanya sebatas bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri tetapi masih memiliki ketergantungan pada negara lain dalam hal produksi benih. Jika hubungan dagang benih dengan negara lain diputus, maka negara yang mengimpor bibit unggul akan mengalami krisis pangan. 

Adakah contoh praktik sistem pangan neoliberalisme dan kedaulatan pangan di Indonesia?
Ya, sistem pangan neoliberalisme di Indonesia diterapkan oleh BUMN yang menggantikan BULOG (Badan Usaha Logistik), sementara BULOG dibentuk untuk menyeimbangkan kondisi pasar. Kondisi pasar diseimbangkan oleh BULOG dengan cara menaikan harga pangan saat paceklik dan menurunkan harga pangan saat panen.

Sumber:
Grey, S., Patel, R. Food sovereignty as decolonization: some contributions from Indigenous movements to food system and development politics. Agriculture and Human Values 32 (3) : 431-444. 

You Might Also Like

1 comments

  1. Best Merkur 34c review - Deccasino
    The Merkur 34C HD is not as aggressive as the HD, but it has a longer handle and 바카라 사이트 more comfortable handle. It 메리트 카지노 has a slightly longer handle and a 제왕 카지노

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

-

Flickr Images