Asal Usul Keju dan Tradisi Pembuatannya di Berbagai Belahan Dunia
2:02 AM
Hi readers! Di postingan kali ini, saya akan membahas tentang sejarah keju dan aneka ragam teknik pembuatannya di berbagai belahan dunia dari video karya Paul Kindstedt yang berjudul "A brie(f) history of cheese" di TED-Ed Youtube Channel.
Keju. Sumber: healthline.com |
Keju sudah ditemukan sejak kekaisaran dan kerajaan belum pernah terbentuk, teknik pembuatan pot dari tanah liat dan tulisan belum ditemukan, serta peralatan dan senjata dari logam belum ditemukan. Pada tahun 8000 SM, para petani zaman Neolitikum di wilayah yang disebut Fertile Crescent (wilayah berbentuk bulan sabit di Timur Tengah, yang mencakup Irak, Israel, Wilayah Palestina, Suriah, Lebanon, Mesir, dan Yordania modern serta bagian pinggir tenggara Turki dan bagian pinggir barat Iran) mulai meninggalkan warisan proses pembuatan keju hampir setua peradaban itu sendiri.
Berkembangnya tradisi bertani dan berternak, menimbulkan pemeliharaan sapi dan kambing untuk diambil susunya oleh para peternak purba. Sama halnya seperti makanan fermentasi pada umumnya, keju juga ditemukan akibat ketidaksengajaan. Suatu ketika seorang petani lupa menyimpan susu segar yang baru saja diperah dari sapi dan membiarkannya di lingkungan hangat dalam keadaan terbuka. Susu segar tersebut pun berubah menjadi asam dan bentuknya berupa gumpalan-gumpalan berwarna putih yang menggenang di cairan berwarna kuning. Hal ini terjadi akibat terbentuknya asam laktat yang merupakan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat yang terdapat di udara. Asam laktat yang terbentuk akan menyebabkan protein-protein terkoagulasi (menggumpal) membentuk gumpalan.
Petani yang melihat fenomena aneh tersebut pun memisahkan gumpalan-gumpalan dari cairan yang kita sebut "whey". Gumpalan tersebut dapat dimakan langsung atau dapat dioles ke makanan lain dan kemudian ditemukan bahwa gumpalan tersebut dapat dipres, disimpan bertahun-tahun, dan diturunkan menjadi beragam produk olahan susu. Penemuan keju membuat manusia Neolitikum dapat bertahan hidup pada berbagai kondisi. Susu tinggi akan kandungan protein esensial, lemak, mineral, dan laktosa. Laktosa merupakan gula yang sulit dicerna oleh manusia Neolitikum maupun modern. Sementara itu, keju juga mengandung semua nutrisi yang terkandung dalam susu tetapi dengan laktosa yang lebih sedikit. Selain itu, keju yang dapat diawetkan dapat menjadi cadangan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat saat panceklik (musim kekurangan bahan pangan) dan musim dingin yang panjang.
Pada potongan-potongan gerabah (alat-alat dari tanah liat) yang berasal dari tahun milenium ke-7 SM yang ditemukan di Turki ditemukan tanda-tanda adanya sisa keju dan mentega didalamnya. Di akhir zaman perunggu, keju merupakan komoditas standar dalam perdagangan maritim di sepanjang Mediterania timur. Keju pun menjadi bahan pokok dalam kuliner dan upacara keagamaan di ibukota Mesopotamia yang penduduknya padat.
Beberapa karya tulisan paling awal yang isinya merupakan catatan persediaan keju menampilkan beberapa jenis keju untuk ritual dan kelompok masyarakat yang berbeda di seluruh Mesopotamia. Catatan mengenai peradaban di sekitar Turki juga menyebutkan soal enzim rennet. Enzim rennet adalah produk sampingan yang diproduksi dalam perut hewan mamalia tertentu yang dapat mempercepat dan mengendalikan koagulasi. Akhirnya, bahan pembuatan keju modern ini menyebar ke seluruh dunia menghasilkan beragam jenis keju baru yang lebih keras.
Budaya makanan zaman dahulu di wilayah lain tadinya menyebabkan masyarakat di wilayah lain menolak produk susu karena tidak suka. Akan tetapi, semakin lama semakin banyak orang yang menyukai keju dan menambah cita rasa menggunakan bahan-bahan lokal di wilayah mereka sendiri.
Bangsa Mongolia menjemur susu yak (lembu dari pegunungan Himalaya) untuk menghasilkan byaslag (keju yang keras). Bangsa Mesir membuat keju dari susu kambing dengan cara menyaring wheynya menggunakan tikar buluh (bambu). Di Asia Selatan, susu dikoagulasi dengan beragam asam dari bebagai makanan, seperti lemon, cuka, atau yogurt dan digantung hingga kering menjadi paneer (keju India). Keju dapat dijadikan komponen tambahan pada kari dan saus atau digoreng sebagai makanan vegetarian yang mudah dibuat.
Bangsa Yunani membuat keju feta asin yang berbentuk bata dan jenis-jenis lainnya yang mirip seperti keju pecorino saat ini. Keju ini dibuat di Sisilia dan digunakan pada masakan di seluruh Mediterania. Dibawah kekuasaan bangsa Romawi, keju kering atau caseus aridus menjadi ransum penting untuk hampir 500 ribu prajurit penjaga perbatasan Kerajaan Romawi yang luas. Ketika Kerajaan Romawi Barat runtuh, pembuatan keju terus berkembang di puri-puri yang menghiasi pedesaan Eropa abad pertengahan.
Di biara-biara Benediktin yang tersebar di seluruh Eropa, pendeta-pendeta era pertengahan terus bereksperimen dengan beragam jenis susu, praktik pembuatan keju, dan proses penyimpanan yang menghasilkan keju-keju populer saat ini, seperti parmesan, roquefort, munster, dan beberapa jenis keju Swiss. Pembuatan keju Swiss sangat sukses di Alpen, sehingga tercipta beragam jenis keju dari susu sapi. Di akhir abad ke-14, negara tetangga menginvasi Gruyere Swiss untuk mengambil alih perdagangan keju di Alpen yang sangat menguntungkan dan sukses.
Keju tetap populer selama masa Renaisans, dan revolusi industri mengalihkan produksi keju dari biara ke pabrik. Dengan demikianlah, seluruh dunia sekarang dapat memproduksi sekitar 22 miliar kg keju dalam setahun, dikirim dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.
Berikut ini adalah videonya;
Petani yang melihat fenomena aneh tersebut pun memisahkan gumpalan-gumpalan dari cairan yang kita sebut "whey". Gumpalan tersebut dapat dimakan langsung atau dapat dioles ke makanan lain dan kemudian ditemukan bahwa gumpalan tersebut dapat dipres, disimpan bertahun-tahun, dan diturunkan menjadi beragam produk olahan susu. Penemuan keju membuat manusia Neolitikum dapat bertahan hidup pada berbagai kondisi. Susu tinggi akan kandungan protein esensial, lemak, mineral, dan laktosa. Laktosa merupakan gula yang sulit dicerna oleh manusia Neolitikum maupun modern. Sementara itu, keju juga mengandung semua nutrisi yang terkandung dalam susu tetapi dengan laktosa yang lebih sedikit. Selain itu, keju yang dapat diawetkan dapat menjadi cadangan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat saat panceklik (musim kekurangan bahan pangan) dan musim dingin yang panjang.
Pada potongan-potongan gerabah (alat-alat dari tanah liat) yang berasal dari tahun milenium ke-7 SM yang ditemukan di Turki ditemukan tanda-tanda adanya sisa keju dan mentega didalamnya. Di akhir zaman perunggu, keju merupakan komoditas standar dalam perdagangan maritim di sepanjang Mediterania timur. Keju pun menjadi bahan pokok dalam kuliner dan upacara keagamaan di ibukota Mesopotamia yang penduduknya padat.
Beberapa karya tulisan paling awal yang isinya merupakan catatan persediaan keju menampilkan beberapa jenis keju untuk ritual dan kelompok masyarakat yang berbeda di seluruh Mesopotamia. Catatan mengenai peradaban di sekitar Turki juga menyebutkan soal enzim rennet. Enzim rennet adalah produk sampingan yang diproduksi dalam perut hewan mamalia tertentu yang dapat mempercepat dan mengendalikan koagulasi. Akhirnya, bahan pembuatan keju modern ini menyebar ke seluruh dunia menghasilkan beragam jenis keju baru yang lebih keras.
Budaya makanan zaman dahulu di wilayah lain tadinya menyebabkan masyarakat di wilayah lain menolak produk susu karena tidak suka. Akan tetapi, semakin lama semakin banyak orang yang menyukai keju dan menambah cita rasa menggunakan bahan-bahan lokal di wilayah mereka sendiri.
Bangsa Mongolia menjemur susu yak (lembu dari pegunungan Himalaya) untuk menghasilkan byaslag (keju yang keras). Bangsa Mesir membuat keju dari susu kambing dengan cara menyaring wheynya menggunakan tikar buluh (bambu). Di Asia Selatan, susu dikoagulasi dengan beragam asam dari bebagai makanan, seperti lemon, cuka, atau yogurt dan digantung hingga kering menjadi paneer (keju India). Keju dapat dijadikan komponen tambahan pada kari dan saus atau digoreng sebagai makanan vegetarian yang mudah dibuat.
Bangsa Yunani membuat keju feta asin yang berbentuk bata dan jenis-jenis lainnya yang mirip seperti keju pecorino saat ini. Keju ini dibuat di Sisilia dan digunakan pada masakan di seluruh Mediterania. Dibawah kekuasaan bangsa Romawi, keju kering atau caseus aridus menjadi ransum penting untuk hampir 500 ribu prajurit penjaga perbatasan Kerajaan Romawi yang luas. Ketika Kerajaan Romawi Barat runtuh, pembuatan keju terus berkembang di puri-puri yang menghiasi pedesaan Eropa abad pertengahan.
Di biara-biara Benediktin yang tersebar di seluruh Eropa, pendeta-pendeta era pertengahan terus bereksperimen dengan beragam jenis susu, praktik pembuatan keju, dan proses penyimpanan yang menghasilkan keju-keju populer saat ini, seperti parmesan, roquefort, munster, dan beberapa jenis keju Swiss. Pembuatan keju Swiss sangat sukses di Alpen, sehingga tercipta beragam jenis keju dari susu sapi. Di akhir abad ke-14, negara tetangga menginvasi Gruyere Swiss untuk mengambil alih perdagangan keju di Alpen yang sangat menguntungkan dan sukses.
Keju tetap populer selama masa Renaisans, dan revolusi industri mengalihkan produksi keju dari biara ke pabrik. Dengan demikianlah, seluruh dunia sekarang dapat memproduksi sekitar 22 miliar kg keju dalam setahun, dikirim dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.
Berikut ini adalah videonya;
0 comments