Papeda dan Ikan Kuah Kuning: Filosofi dan Budayanya
11:03 PM
Papeda adalah makanan khas Papua yang terbuat dari tepung sagu yang dicampur dengan air panas sehingga terbentuk suspensi yang lengket. Papeda biasanya dimakan bersama dengan ikan kuah kuning, yaitu ikan yang dimasak dengan sayuran dan kuah kuning yang memiliki rasa asam dan sedikit pedas. Cara menikmati papeda adalah dengan menggulung papeda lengket dengan sumpit atau gata-gata (garpu bambu) dan mencelupkannya ke dalam kuah ikan.
Ikan kuah kuning, papeda, dan gata-gata. Sumber: indonesiakaya.com |
Banyaknya pohon sagu di Papua menyebabkan papeda menjadi makanan pokok mereka. Bagi masyarakat pesisir, terutama Sentani, papeda dijadikan alat untuk berdamai. Papeda itu sendiri merupakan singkatan dari Papua Penuh Damai. Ketika ingin berdamai setelah terjadi pertikaian, biasanya dilakukan makan bersama. Dalam acara makan bersama tersebut, papeda disajikan dalam wadah besar sehingga semua orang yang hadir dapat menikmati papeda bersama-sama.
Papeda sering disajikan di berbagai upacara di Raja Ampat (ujung barat laut lempeng kepala burung di Papua Barat), misalnya Watani Kame dan pernikahan. Watani Kame adalah upacara untuk memperingati berakhirnya siklus kematian seseorang. Di upacara perkawinan, papeda dijadikan persembahan dari keluarga wanita. Papeda akan dikonsumsi oleh kedua mempelai sebagai simbol bahwa pernikahan mereka resmi. Mereka percaya bahwa sagu dalam papeda memiliki peran sebagai mediator antara bumi dan rakyatnya yang dapat memberikan kesuburan bagi seseorang.
Di Inanwatan, Papua, papeda dihidangkan pada upacara kelahiran anak pertama dan dihidangkan bersama dengan lauk sepert daging babi. Di Pulau Seram (Maluku), papeda dijadikan sebagai hidangan pada perayaan ritual suci pubertas perempuan oleh etnis nuaulu. Sementara bagi etnis hualu, wanita menstruasi yang memasak papeda dianggap tabu karena wanita menstruasi dianggap kotor.
Papeda sering disajikan di berbagai upacara di Raja Ampat (ujung barat laut lempeng kepala burung di Papua Barat), misalnya Watani Kame dan pernikahan. Watani Kame adalah upacara untuk memperingati berakhirnya siklus kematian seseorang. Di upacara perkawinan, papeda dijadikan persembahan dari keluarga wanita. Papeda akan dikonsumsi oleh kedua mempelai sebagai simbol bahwa pernikahan mereka resmi. Mereka percaya bahwa sagu dalam papeda memiliki peran sebagai mediator antara bumi dan rakyatnya yang dapat memberikan kesuburan bagi seseorang.
Di Inanwatan, Papua, papeda dihidangkan pada upacara kelahiran anak pertama dan dihidangkan bersama dengan lauk sepert daging babi. Di Pulau Seram (Maluku), papeda dijadikan sebagai hidangan pada perayaan ritual suci pubertas perempuan oleh etnis nuaulu. Sementara bagi etnis hualu, wanita menstruasi yang memasak papeda dianggap tabu karena wanita menstruasi dianggap kotor.
0 comments