Nutrisi, Agrikultur dan Sistem Makanan Global di Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah

7:51 AM

Dulu, permasalahan dalam bidang pangan, nutrisi, dan agrikultur berupa kekurangan gizi dan gizi buruk lebih identik ke negara-negara dengan penghasilan rendah. Sementara, permasalahan kesehatan terkait kelebihan asupan makan seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2, maupun penyakit serupa lebih dikaitkan ke negara-negara berpenghasilan tinggi. Namun kini, permasalahan kelebihan berat badan atau obesitas ini mulai berkembang di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, yaitu terutama pada perkotaannya.

Banyak agensi global, agrikultur dan sistem pangan yang hanya fokus pada pemenuhan nutrisi di 1000 hari pertama saja. Padahal, pada tahapan siklus hidup lainnya pun terdapat masalah-masalah lain yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Apalagi, pergeseran pangan yang sudah disebutkan sebelumnya dapat mempengaruhi berbagai tahapan dari siklus hidup setiap orang. Selain nutrisi ibu dan anak, pertumbuhan yang memadai untuk wanita muda juga menjadi salah satu usaha untuk mengatasi transmisi antargenerasi dari permasalahan berat badan lahir rendah dan pola pertumbuhan buruk. Selain wanita hamil dan menyusui, nutrisi memadai dibutuhkan pula oleh wanita pada masa remaja dan pola pemberian makan bayi yang tepat merupakan poin penting untuk mencegah kasus malnutrisi yang dihadapi dunia. Tapi, masalah yang lebih rumit adalah mengenai cara mengendalikan malnutrisi intergenerasional yang ditunjukkan dengan rendahnya berat bayi baru lahir di Asia Selatan dan beberapa area lain yang serupa. Diperlukan juga pengertian lebih mengenai pola pertumbuhan yang berkaitan dengan risiko obesitas dan penyakit lainnya yang serupa.

Hal ini menunjukkan bahwa pandangan mengenai pola makan pada 1000 hari pertama kehidupan dinilai tidak lagi mencukupi untuk mengatasi masalah nutrisi intergenerasional. Perlunya kajian ulang mengenai kecukupan nutrisi wanita tidak hanya saat hamil dan menjelang kelahiran, tetapi juga sejak masa remaja untuk menjamin tumbuh kembang yang baik serta menghindari potensi terkena penyakit. Kondisi seperti diabetes dan obesitas yang dialami oleh seorang calon ibu akan meningkatkan resiko bayi yang lahir untuk terkena kondisi serupa. 

Masalah yang dihadapi di negara dengan pendapatan menengah kebawah adalah ketersediaan pangan segar dengan nutrisi yang baik dengan harga terjangkau. Dengan kemampuan membeli yang terbatas, kebanyakan masyarakat negara berpendapatan menengah kebawah lebih memilih membeli pangan olahan yang murah dan mudah didapat. Tidak hanya masyarakat dengan kemampuan membeli yang terbatas, penduduk yang kaya pun tetap memiliki kecenderungan membeli pangan olahan dikarenakan faktor kepraktisan. Pola hidup yang sibuk dan serba cepat mendorong perubahan pola makan ke arah dominasi pangan olahan. 

Pola konsumsi yang didominasi pangan olahan memiliki banyak resiko selain sekedar kurangnya asupan gizi yang diperoleh, resiko obesitas dan penyakit kronis lainnya seperti penyakit kardiovaskular juga meningkat dengan banyaknya konsumsi pangan olahan. Kajian di masa mendatang harus dapat melihat tingkat feasibility untuk menyediakan lebih banyak pangan segar untuk konsumsi masyarakat negara berpenghasilan menengah ke bawah, serta kajian sektor agrikultur untuk meningkatkan proporsi pangan segar yang tersedia dengan harga terjangkau dibandingkan pangan olahan.

Sumber:
Popkin, B. M. 2014. Nutrition, agriculture and global food systems in low and medium income countries. Food Policy 47 : 91-96.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

-

Flickr Images