Pengaruh Budaya Melayu, Tionghoa (China), India, dan Eropa di Indonesia Ditinjau dari Makanan Tradisionalnya
1:51 AMMakanan-makanan khas yang ada di Indonesia saat ini, merupakan makanan-makanan yang diciptakan oleh berbagai suku dan ada juga yang menggunakan bahan-bahan yang tidak asli dari Indonesia ataupun dipengaruhi budaya masyarakat dari luar Indonesia.
Kue Ang Ku - Kue khas China yang menjadi makanan tradisional di Indonesia. Sumber: vulcanpost.com |
Sebagai contoh, makanan-makanan di Aceh sangat dipengaruhi oleh bumbu-bumbu India, misalnya mie Aceh yang aromanya khas kari dan kopi Aceh yang teknik pembuatannya sama seperti di India. Asam sunthi, daun gegareng, dan temurui yang digunakan dalam masakan-masakan Aceh juga digunakan dalam masakan India.
Masakan di Riau, Bangka Belitung, dan Lampung banyak dipengaruhi oleh budaya China dilihat dari adanya makanan fermentasi seperti belacan. Belacan ini di Jawa disebut sebagai terasi karena pengaruh aksen Inggris. Ada perbedaan antara terasi Lampung dan terasi Bangka. Terasi Lampung cenderung lebih encer, sedangkan terasi Bangka cenderung lebih kering (padat seperti pasta).
Di Bangka Belitung, daratannya banyak pasir sehingga tumbuhan hampir habis dan banyak hewan seperti cacing wak-wak yang biasanya dikeringkan, lalu diasinkan dan dijadikan seperti mie. Sementara karena berada di daerah pesisir Pulau Sumatera, makanannya pun sebagian besar berbahan dasar hewan laut (seafood), misalnya bekasang dan rusip (ikan teri dimasukkan ke botol, dikasih garam dan terkadang ditambah cuka sedikit).
Ada 2 macam sub-suku Tionghoa yang ada di Indonesia, yaitu Hakka dan Hokkian. Masyarakat Tionghoa di Bangka, sebagian besar merupakan Tionghoa Hakka; sedangkan di Medan (Sumatera Utara), sebagian besar merupakan Tionghoa Hokkian. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan aksen dan dialek bahasanya. Makanan-makanan khas yang ada di Medan hingga saat ini merupakan hasil perpaduan budaya Melayu dan Tionghoa Hokkian, contoh chi cong fan, kwetiau, dan laksa.
Cara masak kopi Medan juga sama seperti kopi Aceh, yaitu bubuk kopi diseduh, disaring pakai saringan yang panjangnya seperti kaus kaki panjang dan ditampung, kemudian disaring dan ditampung di wadah lain dengan gerakan seperti akrobat (terkadang ada gosip kalau ditambah ganja karena rasanya bikin nagih).
Kecombrang / onje / rias yang banyak terdapat di daerah Medan, banyak juga terdapat di daerah Jawa Barat. Hidangan ikan di Jawa Barat kebanyakan menggunakan ikan darat/ ikan air tawar seperti Gurame, Mujair dan Nila yang dijadikan pepes memakai daun belinjo, daun kemangi, dsb.
Wilayah Betawi juga dulunya merupakan wilayah pelabuhan terkenal yang disebut sebagai Sunda Kelapa / Batavia, tempat perahu-perahu besar dari berbagai wilayah bersinggah. Makanan-makanan khas Betawi pun bumbunya sangat beraneka dan campur aduk karena merupakan hasil perpaduan budaya Tionghoa, Bugis/ Makassar, Sumatera, Melayu, dan Eropa. Misalnya, gado-gado, pecel, ketoprak, soto Betawi, sayur asem.
Di Banten, masakan-masakannya adalah khas suku Sunda, yaitu lalapan, pepes, dan sate Bandeng (ikan Bandeng diambil dagingnya, disuwir, dicampur tepung, dimasukkin lagi ke badan ikan terus ditusuk pakai bambu).
Sementara itu, di daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur, makanan-makanannya merupakan hasil perpaduan budaya makanan Tionghoa dan Arab dilihat dari jenis makanannya yang banyak sup dan soto daging. Misalnya di Cirebon ada empal gentong dan cumi kuah hitam. Di Kudus ada soto Kudus, dan di Semarang ada Lumpia Semarang.
Banyumas terkenal akan mendoan dan sroto sokka. Di Tegal dan Pekalongan, banyak soto yang disebut sauto.
Ada cerita mengenai asal usul lumpia Semarang. Dahulu kala ada seorang laki-laki pendatang dari daerah China yang membuat lumpia di Semarang. Akan tetapi, ternyata di Semarang sudah ada seorang wanita yang juga lihai membuat lumpia. Akhirnya sang pria dan wanita tersebut saling bersaing membuat lumpia di Semarang. Lama-lama sang pria dan wanita pun saling jatuh cinta, kemudian akhirnya menikah dan membuat lumpia bersama.
Di Solo (Surakarta) ada nasi liwet (kayak nasi campur China), sup-supan seperti tengkleng solo, gulai, dan timlo solo (mirip Chinese soup). Kemudian ada juga bestik Solo yang tercipta karena pengaruh bangsa Eropa.
Di Jogjakarta juga ada gudeg (perpaduan pengaruh berbagai suku), bakpia yang merupakan pengaruh dari kue Pia Tionghoa, Bakmi Jawa (mie pertama kali diciptakan oleh orang China), dan Buntil (petai Cina yang dicampur kelapa pakai beberapa jenis bambu, dibungkus daun, terkadang ada yang menambahkan telur agar menyatu, lalu dikukus).
Di Blora juga ada sate Blora, sate juga terdapat banyak di China dan Jepang. Sate Blora ini dagingnya besar-besar, ditusuk pakai bambu dan dimakan pakai kuah.
Di Surabaya (Jawa Timur) banyak rawon, soto Ambengan, petis, rujak cingur, kupang (kerang kecil). Di Madura ada Bubur Madura dan Sate Madura.
Bali terkenal akan bumbu Bali dan sambal Matah (pemakaian banyak rempah-rempah dalam masakannya dan banyaknya umat beragama Hindu menunjukkan pengaruh budaya India yang sangat kental). Lombok terkenal akan ayam Taliwang-nya. Tadinya ayam Taliwang dibuat oleh orang dari Sumba yang kemudian berpindah dan menetap di Lombok sehingga akhirnya ayam ini terkenal di Lombok.
Di Pontianak, Kalimantan Barat juga banyak masyarakat Tionghoa Hakka, contoh makanan yang dipengaruhi budaya Tionghoa ini adalah tau suan dan soto Banjar.
Kalimantan Timur (Samarinda, Balikpapan), terkenal akan kepiting-kepiting lunaknya, meski demikian, mereka tidak ada makanan khasnya. Orang Jakarta yang mampir kesini banyak membeli kepiting tersebut.
Sulawesi Selatan terkenal akan Es Palu Butung, Coto Makassar, dan Sop Konro. Maluku adalah wilayah pertama di Indonesia yang disinggahi bangsa Portugis untuk mencari buah pala. Belanda juga datang ke wilayah ini setelah bangsa Portugis untuk berebut buah pala.
Di Timor-Timur, banyak orang Sunda yang berjualan sate, masakan-masakannya mirip masakan Sunda.
Demikianlah dari macam-macam makanan yang disebutkan di setiap daerahnya menunjukkan budaya makanan di Indonesia mendapat pengaruh dari budaya makanan Melayu, Tionghoa (China), India, dan Eropa.
0 comments