PRAKTIK MANAJEMEN RANTAI PASOK BERKELANJUTAN DAN KAPABILITAS DINAMIS INDUSTRI PANGAN

1:37 AM

        Manajemen rantai pasok berkelanjutan didefinisikan sebagai pengelolaan material, informasi, dan arus modal serta kerja sama di antara perusahaan di sepanjang rantai pasokan sambil mengambil sasaran dari 3 dimensi pembangunan berkelanjutan (ekonomi, lingkungan, dan sosial), kedalam perhitungan yang berasal dari persyaratan pelanggan dan pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yang dimaksud disini ialah orang-orang yang memiliki kepentingan dalam rantai pasok industri pangan. Adapun pemangku kepentingan tersebut dapat meliputi pemilik industri, kreditor, karyawan, pemasok, petani, dan pelanggan. 

             Kapabilitas dinamis menjelaskan kinerja perusahaan dalam lingkungan bisnis yang dinamis, yang fokus terhadap kemampuan perusahaan yang digunakan untuk mencapai manfaat kompetitif. Helfat et al. (2007) mendefiniskan kapabilitas dinamis sebagai kemampuan organisasi untuk secara sengaja membuat, memperluas, atau memodifikasi basis sumber dayanya sehingga dapat mencapai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada pesaing mereka.

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu contoh lingkungan bisnis yang dinamis. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yaitu:
  1. Industri pangan berada dibawah pengawasan publik yang konstan berhubung keamanan pangan merupakan perhatian hampir semua konsumen, dan pemerintah mengobservasi praktik dan produk perusahaan dalam industri pangan.
  2. Masalah lingkungan seperti penggundulan hutan (deforestation) atau masalah sosial seperti upah yang adil untuk para petani dikabarkan secara berkala oleh agensi pemerintahan ataupun organisasi non pemerintahan.
Praktik-praktik manajemen rantai pasok berkelanjutan dibagi menjadi 5 kategori sebagai berikut:
  1. Orientasi
    Orientasi merupakan arah/kecenderungan strategi perusahaan dalam mencapai keberlanjutan rantai pasok, yang biasa dipandu oleh 2 macam praktik:
    • Triple Bottom Line (TBL)
                Triple Bottom Line merupakan suatu konsep bisnis yang hanya fokus kepada 3 aspek keberlanjutan/ sustainability (sosial, ekonomi, dan lingkungan) dalam pengambilan keputusan. Triple Bottom Line menyediakan sebuah cara untuk mengidentifikasi pembangunan berkelanjutan dalam rantai pasok dengan melihat pengaruh dari aktivitas-aktivitas pada aspek ekonomi, keadilan sosial, dan lingkungan. 
      • Dimensi lingkungan berkaitan dengan kegiatan perusahaan dalam mengelola lingkungannya agar tidak merusak lingkungan.
      • Dimensi keadilan sosial mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan kontribusinya terhadap masyarakat dan dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan masyarakat, dukungan pendidikan, dan sumbangan amal. Hal ini menyiratkan bahwa perusahaan seharusnya secara sadar tidak melakukan apapun yang dapat merugikan salah satu pemangku kepentingan mereka.
      • Dimensi ekonomi mengacu pada penciptaan nilai dan peningkatan kinerja keuangan dari kegiatan perusahaan. Kemakmuran ekonomi menyiratkan bahwa mempertahankan keberlanjutan dapat mengarah pada kesuksesan ekonomi dan peningkatan reputasi perusahaan (Forster, A., 2013).
    • Manajemen Rantai Pasok
               Manajemen rantai pasok merupakan suatu konsep bisnis yang mementingkan semua aspek dalam pengambilan keputusan, bahkan termasuk aspek-aspek yang tidak mempengaruhi rantai pasok secara langsung.
  2. Kontinuitas Rantai Pasok
    Kontinuitas rantai pasok diperoleh dari hubungan kemitraan yang stabil dan bermanfaat.
    • Hubungan jangka panjang
      Hubungan jangka panjang dibutuhkan untuk membangun rasa percaya dan komitmen, terkadang dimulai dari beberapa partner penting dan meluas secara berkala melalui rantai. Sebagai contoh, suatu restoran membeli bahan baku dari supplier dengan harga dibawah pasaran diperlukan untuk kemakmuran diseluruh rantai pasok.
    • Pengembangan partner
      Pengembangan partner dapat berupa pemberian bantuan dan pengajaran mengenai metode pertanian baru untuk pertanian ataupun mendanai biaya yang dibutuhkan pertanian yang berkelanjutan. 
    • Pemilihan partner
      Pemilihan partner dilakukan berdasarkan kemampuan calon partner dan juga keinginan mereka untuk ikut serta dalam praktik keberlanjutan.
  3. Kolaborasi
    • Pengembangan bersama (Joint development)
      Praktik ini dianggap kurang penting karena perusahaan-perusahaan yang relatif kuat lebih sering mengendalikan rantai pasok yang kemampuan pengembangannya sudah lebih canggih daripada partnernya yang rantai suplainya lebih kecil. Adapun faktor lain seperti pada pertanian, terutama di negara-negara berkembang, dimana terdapat kemungkinan bahwa para petani diminta memiliki pengalaman tetapi tidak mengambil bagian dalam pengembangan proses-proses baru.
    • Integrasi Teknik
      Penggabungan pengetahuan dan kepandaian dalam rantai pasok untuk membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri penting untuk hubungan jangka panjang karena produk yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik atau menjadi sesuatu yang baru.
    • Integrasi Logistik
      Bantuan logistik antar mitra atau penggabunggan logistik diperlukan dalam kelancaran kinerja suatu rantai pasok.
    • Peningkatan Komunikasi
      Kualitas informasi yang disebarkan sangat penting dalam transparansi rantai pasok, berhubung transparansi terhadap konsumen dalam industri pangan sangat kritis, terutama mengenai asal muasal pangan, cara produksi dan pemrosesan, bahan yang digunakan, dsb.
  4. Manajemen Risiko
    • Pemantauan Individu
      Pelacakan dan penelusuran keseluruhan rantai pasok sangat penting untuk produksi pangan yang berkelanjutan. Biasanya, auditor yang dimiliki suatu perusahaan atau karyawan perusahaan dikirim ke setiap partner untuk mengidentifikasi kebutuhan dan perkembangan mereka dalam mencapai tujuan tertentu.
    • Manajemen Kelompok Penekan (Pressure group)
      Kelompok-kelompok penekan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak ketidakstabilan pada perusahaan dan dapat benar-benar merusak reputasi atau kinerja perusahaan.
  5. Proaktivitas
    • Belajar
    • Manajemen Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
    • Inovasi
    • Penilaian Siklus Hidup
Sementara kapabilitas dinamis juga dibagi menjadi 5 kategori:
  1. Penilaian pengetahuan (knowledge assessment)
    • Berbagi pengetahuan
    • Sistem TI umum
    • Lisensi
    • Akuisisi dan evaluasi pengetahuan
  2. Pengembangan partner
    • Berbagi pengetahuan (pengembangan)
    • Program pengembangan partner
    • Peningkatan kinerja secara keseluruhan
  3. Rekonseptualisasi Rantai Pasok
    • Penyertaan organisasi non-pemerintah
    • Penyertaan tetangga, komunitas, dan pembuat kebijakan
  4. Co-evolving
    • Pengembangan produk secara bersama
    • Pengembangan proses secara bersama
    • Pertemuan reguler
    • Sinergi berdasarkan partner
  5. Kontrol Refleksif
    • Transparansi
    • Berbagi informasi untuk pemantauan
    • Qualitative partner control/auditing
Referensi utama:
Beske, P., Land, A., Seuring, S. 2014. Sustainable supply chain management practices and dynamic capabilities in the food industry: A critical analysis of the literature. International Journal of Production Economics 152 : 131-143.

Referensi pendukung:
Forster, A. 2013. Sustainability: best practices in the food industry. Journal of Undergraduate Research 16 : 1-9.
Helfat, C. E., Finkelstein, S., Mitchell, W., Peteraf, M., Singh, H., Teece, D., Winter, S. 2007. Dynamic capabilities: understanding strategic change in organizations. Blackwell Publications, Malden.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

-

Flickr Images